Yeon Seol dan rombongannya tiba di perkampungan suku Anja dan sangat kaget dengan pemandangan yang menyambut mereka. mayat bergelimpangan dan tidak tampak satu orangpun dalam perkampungan itu. salah seorang dari suku Anja yang berhasil kabur bertemu dengan Eun Seom yg sedang mengejar kudanya. orang itu memperingati Eun Seom katanya " datang mencuri negeri"
sementara Eun Seom kebingungan mengartikan kalimat itu, tiba - tiba sebuah anah panah melesat dan hampir mengenainya.
seorang prajurit Daekan membidikkan anak panahnya kearan Eun Seom, sambil berkata " aku temukan satu lagi disini". mendengar hal itu, Eun Seom semakin bingung karena prajurit Daekan itu berbicara dalam bahasa Wahan.
belum habis rasa herannya, prajurit itu sudah melepaskan anak panahnya dan menggores leher Eun Seom, Eun Seom pun langsung melarikan diri dan dikejar oleh prajurit itu.
salah satu prajurit daekan yang lain berhasil menjatuhkan eun seom dan berhasil melukai lengan eun seom sewaktu mereka bergulat. prajurit itu kaget begitu melihat darah eun seom yang berwarna ungu, sontak prajurit itu berkata "kau Igutu?".
Eun Seom berhasil mengalahkan prajurit itu dan mengambil senjata prajurit itu. Eun Seom lalu pulang keperkampungan.
saat Eun Seom tiba di perkampungan, Yeon seol dan rombongannya sudah sampai terlebih dahulu dan sedang membahas apa yang terjadi. mereka menduga suku wabi telah melanggar perjanjian dan menyerang suku Anja.
Ketika Eun Seom mengatakan apa yang dia alami, mereka tidak mempercayainya. ibu Tanya berkata " memiliki negeri berarti memiliki langit dan angin, orang tidak akan pernah bisa memilikinya, bagaimana bisa mencurinya?".
Eun Seom memperlihatkan pedang yang diambilnya dari prajurit Daekan dan memberitahukan juga bahwa para pencuri negeri itu juga memakai bahasa yang sama dengan suku Wahan. tapi mereka tetap tidak mempercayai Eun Seom, jadi Eun Seom memutuskan untuk pergi mengambil prajurit Anja yang dia tinggalkan tadi. Dalsae yang sudah tidak tahan melihat suku Wahan selalu menerima Eun Seom pun pergi meninggalkan kampung.
ketika mereka keluar mengejar Dalsae, tibalah pasukan Daekan dikampung Wahan dengan mengendarai kuda. semua orang menjadi kagum, tapi kekaguman mereka tidak berlangsung lama, salah satu prajurit Daekan menebas seorang anak laki - laki yang mendekat hendak menyentuh kuda yang ditunggangi.
kekacauanpun terjadi, perburuan dan pembantaian terjadi. sebagian dibunuh, sebagian ditangkap dan diikat. anak kecil yg disembunyikan dalam lubang persembunyian dibakar hidup - hidup. semua apa yang masih tersisa dibakar semua.
lalu semua suku Wahan yang tersisa dipaksa berjalan menuju Tebing Hitam.
ditengah perjalanan Eun Seom dan Dalsae muncul. mereka menyerang pasukan Daekan dan berusaha membebaskan teman teman mereka, awalnya mereka berhasil membebaskan diri dan hendak melarikan diri, tapi kemudian mereka semua tertangkap kembali dan dianiaya, tidak tega melihat keadaan sukunya, Ta Nya akhirnya memberi mantra untuk mengikat Eun Seom, katanya " selamatkan dirimu, namamu adalah mimpi, karena kau mimpiku, juga mimpi Wahan, jadi kembalilah pada ku apapun yang terjadi".
Eun Seom akhirnya melarikan diri dengan melompat keatas kudanya Turi. Mog Wang dan Moo Baek mengejar Eun Seom dan beberapa kali hampir berhasil menikamnya, namun ketika mata kuda Eun Seom beradu dengan mata kuda yang lain, kuda Eun Seom langsung berlari sangat cepat sehingga Moo Baek dan teman - temannya tidak dapat mengejar Eun Seom, seberapa keras mereka memacu kuda mereka, tetap kuda mereka tidak mau berderap. dalam hatinya, Moo Baek berkata, mungkinkah itu adalah Kanmoreu kuda legendaris milik Aramun?
Arthdal Chronicles Episode 3 part 1
saat Eun Seom tiba di perkampungan, Yeon seol dan rombongannya sudah sampai terlebih dahulu dan sedang membahas apa yang terjadi. mereka menduga suku wabi telah melanggar perjanjian dan menyerang suku Anja.
Ketika Eun Seom mengatakan apa yang dia alami, mereka tidak mempercayainya. ibu Tanya berkata " memiliki negeri berarti memiliki langit dan angin, orang tidak akan pernah bisa memilikinya, bagaimana bisa mencurinya?".
Eun Seom memperlihatkan pedang yang diambilnya dari prajurit Daekan dan memberitahukan juga bahwa para pencuri negeri itu juga memakai bahasa yang sama dengan suku Wahan. tapi mereka tetap tidak mempercayai Eun Seom, jadi Eun Seom memutuskan untuk pergi mengambil prajurit Anja yang dia tinggalkan tadi. Dalsae yang sudah tidak tahan melihat suku Wahan selalu menerima Eun Seom pun pergi meninggalkan kampung.
ketika mereka keluar mengejar Dalsae, tibalah pasukan Daekan dikampung Wahan dengan mengendarai kuda. semua orang menjadi kagum, tapi kekaguman mereka tidak berlangsung lama, salah satu prajurit Daekan menebas seorang anak laki - laki yang mendekat hendak menyentuh kuda yang ditunggangi.
kekacauanpun terjadi, perburuan dan pembantaian terjadi. sebagian dibunuh, sebagian ditangkap dan diikat. anak kecil yg disembunyikan dalam lubang persembunyian dibakar hidup - hidup. semua apa yang masih tersisa dibakar semua.
lalu semua suku Wahan yang tersisa dipaksa berjalan menuju Tebing Hitam.
ditengah perjalanan Eun Seom dan Dalsae muncul. mereka menyerang pasukan Daekan dan berusaha membebaskan teman teman mereka, awalnya mereka berhasil membebaskan diri dan hendak melarikan diri, tapi kemudian mereka semua tertangkap kembali dan dianiaya, tidak tega melihat keadaan sukunya, Ta Nya akhirnya memberi mantra untuk mengikat Eun Seom, katanya " selamatkan dirimu, namamu adalah mimpi, karena kau mimpiku, juga mimpi Wahan, jadi kembalilah pada ku apapun yang terjadi".
Eun Seom akhirnya melarikan diri dengan melompat keatas kudanya Turi. Mog Wang dan Moo Baek mengejar Eun Seom dan beberapa kali hampir berhasil menikamnya, namun ketika mata kuda Eun Seom beradu dengan mata kuda yang lain, kuda Eun Seom langsung berlari sangat cepat sehingga Moo Baek dan teman - temannya tidak dapat mengejar Eun Seom, seberapa keras mereka memacu kuda mereka, tetap kuda mereka tidak mau berderap. dalam hatinya, Moo Baek berkata, mungkinkah itu adalah Kanmoreu kuda legendaris milik Aramun?
Arthdal Chronicles Episode 3 part 1
No comments:
Post a Comment